Guruku, Perjuanganmu Kan Kuteruskan Kini - KaAzima

Azim: Life, Blog, Linux ER

Menulis Lagi... Lagi Menulis.

Guruku, Perjuanganmu Kan Kuteruskan Kini

Beliau datang!!!


Wajah lusuh dan lelah itu kembali memasuki ruangan dimana aku dan kawan-kawan berada untuk memberikan materi pembelajaran. Sebuah tas bertuliskan nama beliau yang berisi materi-materi untuk kami serap selalu siap sedia beliau bawa guna membawa bahan keperluannya mengajarkan ilmu kepada kami.
image by almuhajirin2012.blogspot.com
Saat melihat beliau waktu itu, yang terlintas dalam benak adalah sebuah kebosanan menerima penjelasan materi dari beliau. Sering aku ketiduran saat pelajaran beliau sampai suatu ketika beliau tahu kalau aku sedang terkantuk-kantuk menuju tidur lelap dalam posisi duduk. Namun beliau dengan senyuman ramah yang sampai saat ini masih aku ingat membiarkanku terkantuk dan dengan senyum simpul itu pula menyuruhku cuci muka.
Beliau adalah guru pengajar senior pada sekolah tempatku menimba ilmu. Jarak rumah beliau dengan sekolahku berkisar empat kilometer yang tiap hari ditempuh menggunakan motor butut milik beliau. Bisa dibilang, kalau anak zaman sekarang pasti sudah tidak mau menggunakan motor yang beliau pakai, namun tiada rasa canggung ataupun malu beliau kala menggunakan motor itu untuk keperluannya bepergian mengajar tiap hari (kecuali hari jum'at).
Selain mengajar pada sekolah kami, beliau juga mengajar di sekolah lain. Maklum, sekolahku merupakan sekolah swasta dengan honor bagi para pengajar seperti beliau yang sangat minim, untuk menambah honor itulah beliau "nyambi" mengajar disekolah lain. Wajar jika saat mengajar kami wajah beliau terlihat kelelahan (sekolahku siang hari) karena sebelumnya pada pagi haripun beliau juga mengajar.
Pelajaran yang beliau ajarkan yakni tentang Aqidah Akhlak yang disampaikan padaku dan teman-teman, aku rasa sedikit sekali yang aku dan teman-temanku serap. Meski begitu aku mendapatkan sebuah kisah hidup yang menginspirasiku sekaligus pelajaran nyata dari beliau tentang keIstiqomahannya dalam mengajar kami. Beliau dengan sabar dan penuh dedikasi mengajar, meskipun kami bandel-bandel.

Kami nakal, maaf ya Pak!


Yang aku tahu selama beliau mengajar hanya satu kali marah karena anak cowok dalam satu kelas mayoritas "ngeblong" istilah untuk tidak ikut pelajaran dan malah leyeh-leyeh dimasjid. Beliau tidak menampar mereka atau mengeluarkan kata-kata kasar, namun hanya menceritakan tentang diri beliau.
"Aku sudah jauh-jauh dari rumah meninggalkan anakku dan keluargaku untuk mengajar kalian, tetapi kalian seperti ini. Ya sudahlah, yang penting aku sudah mengajarkan ilmu yang harus ku ajarkan" Inilah kalimat beliau waktu itu yang terbumbui rasa kecewa dan menyerah dengan sikap kami waktu itu. Mendengar itu, hatiku terasa mendapat hujaman yang sangat dalam. Beliau selama ini ternyata benar-benar berjuang agar bisa mengajar kami.
Kejadian tadi membuatku bertafakkur bahwa perjalanan beliau untuk mengajar kami itu memang suatu heroisme yang tiada tara dan tak bisa digantikan dengan tanda jasa apapun. Meninggalkan rumah, anak serta keluarga untuk mengajar para siswa bandel seperti kami. Mengabaikan beragam kemungkinan buruk yang mungkin terjadi karena perjalanan empat kilometer menuju sekolah tempat beliau mengajar itu.
Semuanya kini hanya tinggal kenangan indahku yang ditakdirkan untuk mendapat pelajaran dari beliau, seorang guru pengajar yang ulet memberikan ilmunya kepada anak didiknya ini. Beliau yang kini sudah sangat jarang aku temui karena perbedaan tempat, mungkin sudah tidak begitu mengenal sosok muridnya ini. Tetapi dalam hati terdalamku, aku ingin beliau tetap mengingatku sebagai muridnya.
Saat ini beliau sudah bertambah tua dan tak mungkin lagi kalau harus berlama-lama mengajarkan pelajarannya dibeberapa sekolah seperti yang pernah beliau lakukan dulu. Perjuangan beliau yang begitu heroik tadi tak kan aku biarkan berlalu begitu saja tanpa ada penerus.

Aku janji...


Ku tambatkan dalam hati untuk niat menjadi penerus beliau, menjadi pengajar yang mengajarkan arti kehidupan dengan contoh nyata dan bukan hanya lewat buku pelajaran. Serta sebuah pelajaran yang harus aku sebarkan kepada semua manusia tentang kesabaran dan ketabahan.
Meskipun aku tidak mempunyai angan menjadi seorang guru pengajar dan aku juga tidak mempunyai pendidikan tentang menjadi guru yang baik dan benar, namun aku yakin bahwa menjadi guru adalah suatu hal mulya yang tidak akan bisa terpatahkan walaupun tidak mempunyai latar belakang seorang guru. Tidak bisa terpatahkan walaupun tidak mempunyai lembaga legal dimana keberadaanku sebagai pengajar diakui.
Demi Indonesia yang lebih baik, terima kasih Pak Guru atas perjuangan dan kesetiaanmu memberi pelajaran yang sangat berharga bagi ku. Tak ada balasan dari ku yang bisa membalas seluruh jasa-jasa engkau dan hanya dengan harapan ini, kan kuteruskan perjuanganmu.


Guruku , Engkau inspirasiku. Perjuanganmu kan kuteruskan kini.
#anakdidikmu.

Toeban kota 04102012

6 Komentar untuk "Guruku, Perjuanganmu Kan Kuteruskan Kini"

:-) wah salut banget sama alur ceritanya.. semoga menang :-)
.
silahkan berkunjung juga ya ke blog saya & tinggalkan komentarnya
http://uliearieph.blogspot.com/2012/09/pak-ardan-guru-istimewa-yang-perduli.html

Aminn mbak,, menuju ke TKP, semoga menang juga yah :)

seru bacanya, saya terharu neh :)
profesi guru memang mulia yah

:)

mulia banget bang, tapi semulianya guru ya begitu kondisinya... semoga ada balasan yang lebih baik daripada balasan didunia yang diberikan tuhan aminn

Tinggalkan opini Anda, untuk turut dalam postingan ini [komentar dimoderasi dulu].

Back To Top