Pengamen Seputaran Alun-alun Tuban Meresahkan - KaAzima

Azim: Life, Blog, Linux ER

Menulis Lagi... Lagi Menulis.

Pengamen Seputaran Alun-alun Tuban Meresahkan

Hal ini aku alami pada kamis sore saat mengadakan acara kopdar kecil-kecilan dengan dua orang temanku. Awalnya aku dan satu orang temanku yang berangkat naik motor bersama hanya ingin melihat-lihat even bazar buku yang diadakan sebuah penerbit buku ternama di depan Museum Kambang Putih Tuban.
Sesampainya disana, aku menghubungi temanku satunya untuk datang kesana sekalian mengerjakan tugas kelompok yang belum seleai. Aku dan dua temanku tadi pun melihat-lihat beragam buku yang ada di bazar setelah sebelumnya mengunjungi Museum Kambang Putih. Setelah puas melihat-lihat dan membeli beberapa buku, kami memutuskan untuk pergi ke Alun-alun yang tidak terlalu jauh jaraknya dari museum.
Maksud kami untuk mencari jaringan Wi-Fi yang akan digunakan untuk mengerjakan tugas kelompok. Nah, disini "masalah" berawal. Selang beberapa menit sampai di alun-alun dan menyalakan laptop, sudah ada 3 orang satu kawanan pengamen yang menghampiri. Salah satu dari temanku dengan sukarela memberi sebatang rokok supaya pengamen tadi pergi, setelah diberi rokok salah seorang dari mereka ternyata masih ingin tetap mengamen pada kami karena mereka pikir kami bertiga adalah sendiri-sendiri yang seharusnya juga memberi "sedekah sendiri-sendiri". Namun untunglah teman dari pengamen itu mengingatkan untuk pergi karena mengetahui kalau kami satu kelompok.
Setelah kejadian itu kami melanjutkan tugas kelompok. Naas, tugas belum selesai laptopnya keburu kehabisan batere. Terpaksa tugas kelompoknya tidak terselesaikan waktu itu. Sebelum pulang, kami memutuskan membeli bakso dulu disekitar alun-alun sisi depan Masjid Agung Tuban. Belum beberapa menit duduk sudah ada yang mengamen disekitar kami. Temanku yang tadi pun dengan sigap kembali memberi sebatang rokok pada pengamen kedua.
Selang beberapa menit lagi, saat hidangan bakso sudah mulai habis, muncul pengamen ketiga sekaligus terakhir sekaligus paling "kurang ajar bin meresahkan". Bagaimana tidak, temanku yang kebagian memberi sedekah dari tadi kini tak punya sebatang rokok atau uang recehan. Dia berkata "prei mas" yang berarti tidak punya keinginan untuk memberi sedekah pada pengamen tadi. Namun pengamen itu malah menggerutu dan seperti memaksa untuk meminta uang. Terpaksalah temanku tadi mengeluarkan uang 1000 rupiah dari dompetnya.
Aku sedikit berkelakar pada temanku yang memberi uang 1000 rupiah tadi. "hhahaha, , wong prei kok dipekso-pekso (orang tidak mau memberi kok dipaksa)". Tapi temanku yang tadi bilang yaudah biarlah tidak apa-apa. Entah apa maksudnya, apa hatinya menggerutu atau tidak, aku juga tidak tahu.

Lhoh, gambarnya tidak nyambung ~,^

6 Komentar untuk "Pengamen Seputaran Alun-alun Tuban Meresahkan"

wuih, kayaknya pengamen harus dihapuskan deh, ane juga punya pengalaman yang sama, tapi bedanya dia menggerutu lalu pergi, jujur sih, mereka bikin ngga nyaman suasana :/

salam kenal ya, ane jadi member ke 10 kalo berkenan follow balik ya

siap follback gan, salam kenal juga.
Terkadang saat suasana hati kurang nyaman mereka memang bikin g nyaman suasana gan

eh gambar apaan tuh kok tiba tiba gambar atap ckckckck

wah biasanya di rumah saya banyak pengamen ,ngamen di depan rumah ..
mas saya aja bahkan kluarga saya klo ada pengamen langsung sembunyi ckckcck

ahahaha... mungkin keluarganya pada takut tuh.. takut karena apa ya.... *mikir*

Tinggalkan opini Anda, untuk turut dalam postingan ini [komentar dimoderasi dulu].

Back To Top