Damailah Tubanku - KaAzima

Azim: Life, Blog, Linux ER

Menulis Lagi... Lagi Menulis.

Damailah Tubanku

Kemarin, saya melakukan perjalanan dari Kecamatan Kerek menuju Mondokan sekitar jam 3 sore dengan naik angkutan umum berongkos Rp 5.000,00. Tak seperti biasanya, perjalanan menuju Mondokan ini harus sedikit tersendat karena ada mobil Kepolisian dari arah berlawanan "ngebut". Sehingga angkutan umum yang saya naiki mau tidak mau harus mengalah dengan meminggirkan setelah sebelumnya mengurangi kecepatan kendaraan.

Bukan hanya satu kendaraan dari pihak Kepolisian yang berkecepatan tinggi alias ngebut, dalam hitungan saya ada tiga buah kendaraan Kepolisian (2 sedan dan 1 truk). Pertama diperempatan dekat dengan kantor Polsek Kerek, sebuah sedan Kepolisian dari arah utara belok kanan dengan kecepatan tinggi (Saya waktu itu berfikir ada apa gerangan, kok Polisinya ngebut). Kedua dan ketiga dijalan lepas dari pabrik Semen Gresik. Satu sedan dan satu truk Kepolisian beriringan ngebut menuju ke Kecamatan Kerek.

Dalam pikiran saya, mungkin ada kejadian massa. Tapi kejadian apakah saya belum tahu. Saat bersimpangan dengan kendaraan Kepolisian dijalan lepas pabrik Semen Gresik, salah satu penumpang terlibat pembicaraan dengan supir angkutan umum dan menanyakan kira-kira ada apa, kenapa Kepolisian menerjunkan 3 mobil berpenumpang penuh menuju Kecamatan Kerek. Pak supirnya hanya berasumsi mungkin untuk mengatasi kemacetan jalur Pantura.

Perjalanan menggunakan angkutan umum dari Kecamatan Kerek menuju Mondokan sendiri pada sore hari menurut saya lebih baik dan menyenangkan dibanding pada pagi hari. Karena pada sore hari angkutan umum dari Kecamatan Kerek mau melewati rute Jl. Letda Sucipto sehingga bisa langsung turun didepan kos. Berbeda pada pagi hari, angkutan umum melewati rute menuju terminal baru, yang berarti tidak melewati Jl. Letda Sucipto tempat dimana saya hidup saat ini.

Setelah sampai di Jl. Letda Sucipto saya turun didepan Toko Batik HM. Sholeh Tuban (yang tiada lain tempat saya kos, hehe). Seperti hari-hari biasanya, dari jam 4 sore sampai jam 8 malam saya jaga di toko batik ini. Saat jaga toko, secara tidak sengaja buka wall Facebook, ada link berita mengenai pembakaran bis di Kecamatan Bancar.

Pikiran saya langsung kembali pada kejadian 3 kendaraan Kepolisian "ngebut" tadi sore.  Setelah saya baca beritanya, ternyata benar. Kendaraan dengan penumpang didalamnya yang ngebut tadi memang menuju/ditujukan ke Kecamatan Bancar untuk menghindari aksi anarkis massa karena kecelakaan bis yang menabrak dan mengakibatkan salah seorang warga setempat tewas.

Hmmm... Wong Tuban anarkis. Laka lantas bis menabrak warga setempat hingga tewas menghilangkan akal waras mereka. Bis yang terlibat kecelakaan hangus dibakar massa. Mereka mungkin lupa kalau negara ini negara hukum atau mungkin mereka sudah tidak percaya dengan penegakan hukum dinegara ini hingga memilih melakukan aksi main hakim sendiri dengan membakar bis yang terlibat laka lantas.

Pembakaran bis pelaku laka lantas oleh warga Bancar : seputartuban.com.

Damailah Tubanku!!! Jangan lagi ada aksi massa yang anarkis. Damai lebih baik daripada anarkis.

12 Komentar untuk "Damailah Tubanku"

walah.,..lagek ngerti iki aku zim...
bancar njero ta?

kalau kejadian seperti itu memang masyarakat akan sulit mengendalikan emosi, anarkis pun tak terhindarkan, apalagi kadang sebagai penumpang aku agak geram lihat supir yang ugal2an

Semoga kedepannya warga tuban tidak ada yang anarkis lagi. Amin

Ora, neng pantura kejadiane

Banyak yg merasa geram ato g suka dengan ugal2annya supir bis ato kendaraan besar lainnya.mau mengadu ke polisi tapi y "enggak" ditanggepin. Massa lebih memilih menghakimi sendiri pada akhirnya

waduhh.. dibakar masa?!. serem amat ya. jadi takut di kampung orang.

wah wong tuban saiki koyok wong ngawi. bis SK dan MR pernah jadi kayak gini

hanya permulaan, peluapan emosi yg tertahan

enggak, takutnya kepancing emosi juga gito.

makanya jangan ikut2an kepancing emosi :P

Tinggalkan opini Anda, untuk turut dalam postingan ini [komentar dimoderasi dulu].

Back To Top