Sebuah Foto Sebuah Cerita - KaAzima

Azim: Life, Blog, Linux ER

Menulis Lagi... Lagi Menulis.

Sebuah Foto Sebuah Cerita

Sebuah nama sebuah cerita, jargon yang sering kita dengar untuk menggambarkan betapa sebuah nama memiliki arti dan alur cerita tersendiri. Baik itu bagi si pemilik nama maupun bagi orang lain yang dekat dengannya. Bisa terjadi alur cerita yang berbeda adalah karena perspektif setiap orang akan nama seseorang berbeda karena tingkat pengetahuan kepribadian si empunya nama.

Seseorang diberi nama Arif oleh orang tuanya, ia merasa belum cukup 'arif' karena sering berbuat curang pada teman-temannya.

Sementara itu teman-teman Arif menganggap Arif berkepribadian sesuai namanya. Arif yang selalu berbuat baik kepada mereka karena belum tahu kecurangan yang dilakukan Arif. Dua buah gambaran dari nama Arif yang berbeda bukan?

Begitu pula dengan Foto. Bentuk digital imaging yang akhir-akhir ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Setiap sebuah foto yang kita abadikan pastilah mempunyai cerita tersendiri. Cerita mengenai sebuah foto yang sama, juga akan menghasilkan alur cerita yang kadang berbeda. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat sebuah foto 'bercerita'.

Nikmati foto berikut, cerita apa yang kamu dapati?

Warok Cilik - Alun-alun Bojonegoro, 07/08/2013
Alun-alun Bojonegoro, 07/08/2013

Di Alun-alun Bojonegoro. Seorang anak sekitar kelas 5 SD menjadi pengamen dengan kostum busana kesenian daerah (Warok: kalau tidak salah). Dengan membawa sebuah pengeras suara dan player musik untuk memainkan musik pengiring ketika dia mencambukkan cambukan yang dibawanya ke tanah. Cetor!!! Begitulah suara yang akan KAU dengar bila didekatnya. Jangan lupa persiapkan uang recehan untuk berbagi sedikit rezeki bagi pengamen jalanan ini.

Cerita apa yang kamu rasakan?
Miris karena anak sekecil itu sudah mengamen?
Senang karena anak sekecil itu sudah melestarikan budaya?

16 Komentar untuk "Sebuah Foto Sebuah Cerita"

kelas 5 SD sudah mencari rezeki...
miris sih sebenarnya...
memang anak sekecil itu sudah melestarikan budaya..
tapi akan lebih baik jika dia melakukan itu pada pertunjukan disekolahnya..
agar lebih dan lebih lagi mendapatkan perhatian dari pihak2 tertentu untuk mengembangkan bakatnya...

gue malah menilai, si anak ini merupakan orang yg mampu bekerja keras, gak patah semangat, kreatif. Gue gak miris, karena ya mungkin sudah ditakdirkan dia seperti itu :)

Itu pengamen? atau topeng monyet? atau apaan? disamarinda gak ada gituan..
atau reok? atau itu sejenis jaranan?

kasian banget ya umur segitu udah harus terjun ke jalanan buat cari makan begitu..semoga someday kita hidup ada gunanya buat orang orang sepeerti mereka ya Zim, aamiin..

Kalo aku sih miris ngeliatnya. Udah kecil harus kerja kayak gitu. Bukan melestarikan menurutku, ngga ada seni di dalamnya. Hanya dandan warok, pecut sana-sini sambil goyang. Malah seringkali yang disetel malah lagu dangdut.

Bocah sekecil itu berkelahi dgn waktu...
Dipaksa pecah karang, lemah nadimu terkepal...

By iwan fals...

Bocah sekecil itu bermelahi dgn waktu...
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal....

nah kan....langsung keinget iwan fals

yup, itu ide yg sangat aku setuju...
melestarikan budaya lewat pertunjukan di sekolahnya, bukan dengan cara mengamen dijalanan... soalnya dia masih kecil

itu dari sisi semangat juangnya mungkin emang gitu bang :)
cuman kalo menurut aku, lebih baik anak sekecil itu bekerja kerasnya bukan dengan turun ke jalan

Aminn kaka''''

kasian emang kalo masih kecil gitu harus merasakan kerasnya kehidupan jalanan

iya sih bang, kalo pas waktu itu yg distel lagu pengiring itu sih, lalu si anak mecutin pecut yg dibawanya

yups, emang itu lirik lagunya bang ngiwan fals

iya tuh, sangat dilematis kondisinya...

Tinggalkan opini Anda, untuk turut dalam postingan ini [komentar dimoderasi dulu].

Back To Top