Wisata Green Industry Semen Indonesia (IV) - KaAzima

Azim: Life, Blog, Linux ER

Menulis Lagi... Lagi Menulis.

Wisata Green Industry Semen Indonesia (IV)

Presentasi PT Semen Indonesia dan tanda tanya besar!

Kira-kira pada tengah hari, seluruh peserta Wisata Green Industry Semen Indonesia berkumpul di kompleks gedung baru. Mereka dan juga saya yang beragama muslim menjalankan ibadah sholat dhuhur di musholla yang berada pada gedung bagian belakang. Tepatnya gedung SEMEN INDONESIA CORPORATE UNIVERSITY - CENTER OF DINAMYC LEARNING.

Gedung Corporate University PT SI
Gedung Corporate University PT SI
Pemandangan Sekeliling Gedung Corporate University PT SI
Pemandangan Sekeliling Gedung Corporate University PT SI
Setelah selesai menjalankan kewajiban ibadah sholat dhuhur itu, para peserta diarahkan menuju ke lantai dua tempat presentasi wakil dari PT SI memaparkan perusahaan mereka terkait dengan 3 pilar yang mereka anut. Profit, People, dan Planet. Sebelum presentasi, makan dulu, yang kenyang, ngambil sendiri, shikattt!!!

Gedung Kantor Baru PT SI Tuban
Gedung Kantor Baru PT SI Tuban
Dengan diiringi seorang penyanyi perempuan bersama dengan seorang keybordis laki-laki, para peserta kegiatan ini melahap makanan-makanan yang disediakan oleh panitia. Alunan lagu-lagu populer dari keduanya menambah ke”khusyuk”an peserta kegiatan wisata green industry untuk terus melahap makanan pilihan mereka.

Perut sudah kenyang, saatnya mendengarkan presentasi.

Presentasi pertama membahas mengenai posisi PT Semen Indonesia dalam persaingan perusahaan semen di tingkat Asia Tenggara. Dijelaskan, PT Semen Indonesia merupakan gabungan dari beberapa perusahaan semen milik BUMN. Istilah kerennya, holding BUMN. Dengan penggabungan ini, PT Semen Indonesia merupakan perusahaan pembuatan semen yang terbesar di regional Asia Tenggara. Bangga dong!

Aula Tempat Presentasi Diadakan
Aula Tempat Presentasi Diadakan
Pada presentasi ini juga dijelaskan tentang kebutuhan semen secara nasional, dan kenapa PT Semen Indonesia harus mengekspansi pabrik mereka hingga ke daerah Rembang di Jawa Tengah untuk dapat menutupi kekurangan penyediaan kebutuhan semen nasional. Presentator juga “curhat” mengenai PT SI yang selalu dijadikan “sasaran tembak” oleh berbagai pihak terkait dengan langkah ekspansi ke Rembang yang mereka lakukan.

Presentasi lainnya membahas mengenai proyek pabrik PT SI Rembang yang dilengkapi dengan teknologi canggih. Teknologi yang memperhatikan lingkungan sekitar. Pada saat melihat presentasi ini, yang pada saat itu diputarkan video rancang-bangun pabrik PT SI di Rembang, saya terkagum. Terkagum dengan desain mereka, terlebih lagi terkagum dengan pembuat video yang kok bisa ya membuat video rancangan sebagus itu *salahfokus *anak.t.i.

Laptopnya Thinkpad Bro... *eh
Laptopnya Thinkpad Bro... *eh
Setelah selesai kedua presentasi diatas itu, kemudian diadakan sesi tanya jawab. Skip dulu.

Presentasi bagian akhir adalah presentasi mengenai dana CSR (Corporate Social Responsibility). Yakni dana yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan yang ada dan beroperasi di Indonesia kepada masyarakat sekitar yang terdampak aktivitas produksi perusahaan. Jujur saja, pada presentasi mengenai dana CSR ini saya sudah tidak begitu tertarik. Membosankan. Tidak seperti dua presentasi sebelumnya.

Pada setiap akhir sesi presentasi (dua sesi), diadakan sesi tanya jawab. Peserta Wisata Green Industry Semen Indonesia sangat bersemangat dan interaktif mengenai hal ini. Berbagai pertanyaan yang mengganjal hati dan pikiran langsung ditanyakan, dijawab langsung oleh pihak yang kompeten.

Beberapa pertanyaan menyinggung tentang hubungan PT SI dengan resiko pencemaran dan kerusakan yang akan ditimbulkan, ada juga yang bertanya mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap sosial masyarakat (CSR), ada yang menanyakan tentang lumpur Lapindo juga lho. Yang bertanya tentang lumpur Lapindo ini ingin tahu apakah lumpur semburan Lapindo di Porong, Sidoarjo bisa dijadikan sebagai bahan baku pembuatan semen? Jawabannya mungkin mengecewakan bagi si penanya. TIDAK BISA! Lumpur Lapindo tidak bisa digunakan karena kandungan didalamnya tidak sesuai untuk pembuatan semen.

Beberapa pertanyaan yang diajukan peserta mampu dijawab oleh presentator dengan jelas. Namun ada satu pertanyaan yang jawabannya masih menggantung. Pertanyaan ini sangat sensitif, mungkin kalau saya tuliskan disini, tulisan yang panjang ini bisa jadi tidak akan dimenangkan dalam lomba menulis artikel yang diadakan setelah acara Wisata Green Industry Semen Indonesia diadakan. Tapi ya sudahlah, berikut ini pertanyaannya:

Tanya : Apakah PT Semen Indonesia menggunakan air dari sumber mata air yang ada dibagian bawah batu kapur di Kabupaten Tuban?

Jawab : Tidak, PT Semen Indonesia menggunakan air hasil penampungan embong air. Air hujan yang turun ditampung disitu, lalu dipergunakan untuk kegiatan PT Semen Indonesia dan juga para petani sekitar pabrik. PT Semen Indonesia sama sekali tidak menggunakan air dari sumber mata air bawah tanah yang seperti ditanyakan.

Tanya : Kalau menggunakan sistem tadah hujan pada embong seperti itu, bagaiamana bisa mencukupi? Bukankah aneh kalau perusahaan sebesar PT Semen Indonesia hanya menggunakan air tadah hujan? Aneh sekali, dan kalaupun benar, mohon dijelaskan tekniknya, agar bisa diimplementasikan pembuatan embong air tadah hujan pada tanah berbatu kapur yang tidak mengering walaupun digunakan oleh perusahaan sebesar PT Semen Indonesia?

Jawab : !@#$%^&*()_++_)(*&^%$#@!
Jawaban bagian ini yang masih menggantung. Saya belum bisa mencerna apa yang presentator jawab pada saat menjawab pertanyaan diatas.

Bagi peserta Wisata Green Industry Semen Indonesia yang berasal dari luar daerah Kabupaten Tuban dan Kabupaten Rembang yang tidak akan terdampak pembangunan pabrik semen, isu ini mungkin kurang menarik bagi mereka. Saya sendiri yang aseli Tuban perlu waktu yang tidak sedikit untuk mengerti kenapa Mas Zain (dari Blogger Tuban) ngotot sekali menanyakan perihal hal ini. Sampai-sampai suasana diskusi pada saat itu memanas, sebelum akhirnya Mas Novi sebagai moderator “melerai” dan mengademkan suasana kembali. Setelah suasana adem, Mas Zain, yang kebetulan satu meja dengan saya, Mas Whiz, dan Mas Dzikri ditemui oleh salah satu orang dari PT Semen Indonesia untuk membicarakan hal terkait penggunaan air ini.

Secara keseluruhan, acara yang baik ini berjalan dengan sangat baik. No accident! Saya berharap semoga ada Wisata Green Industry Semen Indonesia jilid dua dan jilid-jilid selanjutnya. Agar, pandangan masyarakat mengenai industri pabrik PT Semen Indonesia tidak selalu saja negatif. Memang ada dampak negatif dari pembangunan pabrik semen, tetapi juga jangan dilupakan dampak positif pembangunan pabrik semen. Untuk pembangunan insfrastruktur Indonesia, dan juga untuk menjaga nilai tukar Rupiah terhadap Dolar dengan tanpa mengimpor semen dari luar negeri. Semoga*.


*Pertanyaan yang masih harus dijawab secara gamblang oleh PT Semen Indonesia, dan mungkin oleh perusahaan tambang lainnya, disarikan dari pertanyaan Mas Zain, versi saya :

  • Apakah pabrik PT Semen Indonesia menggunakan air dari sumber mata air bawah tanah di perbukitan kapur Kabupaten Tuban?
  • Kalau tidak, lalu menggunakan air darimana?
  • Menggunakan air hujan? Tadah hujan?
  • Apakah mungkin, air hasil tadah hujan memadai untuk operasional pabrik sebesar PT Semen Indonesia? Apalagi ketika musim kemarau? Apa airnya tidak habis? Memuai mungkin?
  • Apabila air di embong itu habis, darimana PT Semen Indonesia mendapatkan pasokan air? Apakah dari membeli pada truk tangki air seperti rumah tangga? Atau, mengambil cara mudah dengan menggunakan air dari sumber mata air bawah tanah? Atau, PT Semen Indonesia mungkin bersedia mengeluarkan dana yang besar untuk mengambil pasokan air dari sungai Bengawan Solo yang melintasi Kabupaten Tuban?
  • Dari penjelasan soal setiap beberapa kilometer mengebor untuk mengetahui ada tidaknya sumber mata air sebelum melakukan penambangan, apakah tidak aneh, mengebor tanah sampai kedalaman yang begitu dalam, jika ada sumber mata air bawah tanah langsung ditinggal begitu saja? Apa tidak dimanfaatkan “secara terselubung”? Menggali sedalam yang dipaparkan itu kan butuh biaya besar, apa perusahaan sebesar PT Semen Indonesia mau mengeluarkan biaya besar “tanpa” kemanfaatan seperti itu?
  • Bagaimana cara pembuatan embong untuk menampung air tadah hujan, sementara seperti yang kita ketahui bersama bahwa air hujan akan terserap batu kapur?
  • Bagaimana cara pembuatan embong untuk menampung air tadah hujan yang tidak mengering walaupun pada musim kemarau? Tidak mengering walaupun dimanfaatkan untuk operasional pabrik sebesar PT Semen Indonesia?
  • Mohon teknis pembuatannya, agar hal ini bisa diaplikasikan untuk wilayah lainnya di Indonesia. Hal ini akan membantu banyak dalam hal pertanian!
  • Saya sedikit mengetahui kalau pembuatan semen dengan teknik kering tidak membutuhkan air yang banyak, namun yang saya kurang ketahui adalah berapa total kebutuhan air perusahaan PT Semen Indonesia?
  • Apakah PT Semen Indonesi berani menjamin akan bertindak seperti di pabrik Tuban ini dalam hal penggunaan air dari mata air bawah tanah di perbukitan Rembang?
  • Dan apakah sudah ada studi lapangan yang komprehensif kalau di Rembang juga bisa dibuat embong air seperti di Tuban yang tidak akan mengering pada musim kemarau walaupun digunakan untuk keperluan yang besar seperti PT Semen Indonesia ini?

Rombongan Tuban...
Rombongan Tuban...
Halaman 1 2 3 4




Oleh Ahmad Mu’azim Abidin, bilangnya sih blogger, tepatnya Blogger Tuban, sering menulis sesuka moodnya. Kuliah di universitas swasta, semester 5, jurusan teknik informatika. Pengguna Linux: Elementary OS, Puppy Linux, dan Linux ringan lainnya.

0 Komentar untuk "Wisata Green Industry Semen Indonesia (IV)"

Tinggalkan opini Anda, untuk turut dalam postingan ini [komentar dimoderasi dulu].

Back To Top