Negeri mayoritas muslim yang menganut ideologi Pancasila yang menurut buku-buku pelajaran merupakan ideologi cerminan bangsa kini tampaknya sudah tidak bisa berkata bahwa Pancasila masih diperlukan dan dilaksanakan oleh orang-orang yang duduk di kursi kekuasaaan.
Sebut saja (menurut yang aku ketahui) dulu pas waktu dpr ditegur soal gaya hidup mereka yang glamour dan tidak mencerminkan pengamalan sila ke-5 pancasila, mereka malah bilang itu hak mereka dan ada satu anggota dewan "gila" yang mengatakan dia sudah kaya sejak lahir #Sombong_banget_kau. Itukah pengamalan pancasila yang mereka amalkan setelah mereka pelajari?
Beralih ke konteks kekinian tentang dua masalah pelik anggaran, yang satu tentang dana pembangunan gedung baru kpk yang tak segera disetujui oleh anggota anggaran dpr dan tentang korupsi pengadaan "AL-QUR'AN" oleh kemenag. Menurut opini ku secara bebas sih kenapa masalah yang pertama gak segera disetujuin aja dananya, kan gak sebesar dana hambalang? Iya kan?
Pas ada ILC di tvone, aku setuju dengan pernyataan budayawan Sudjiwo Tedjo kalau dpr gak usah sok mengunggulkan aturan dalam penyetujuan anggaran gedung kpk, karena negara ini sudah kacau sistemnya jadi jangan sok karena ini ini anggaran gedung kpk gak disetujuin.
Yang masalah pertama belum kelar muncul masalah pengadaan Al-Qur'an, pengadaan oleh kemenag inipun di mark-up oleh orang-orang "pinter" yang ada di dpr.Dana yang seharusnya tetttt... di mark-up naik jadi tettt... #tettt...=gaktaujumlahpastinya. Sekarang yang ada dibenakku, untuk apa sih mereka itu sok menggunakan peraturan kalau ternyata peraturan yang mereka banggakan dan mereka dewakan juga dimark-up untuk udel bodong masing-masing dari mereka.
Akhir kata, memang itu Al-Qur'anmu bukan Al-Qur'anku jadi aku tak punya kepentingan disini, baik sebagai muslim maupun sebagai agen pembangunan bangsa ini. Tulisan kecil ini hanya untuk meluapkan apa yang ada diotak ku saja. Salam sejahtera.
Sebut saja (menurut yang aku ketahui) dulu pas waktu dpr ditegur soal gaya hidup mereka yang glamour dan tidak mencerminkan pengamalan sila ke-5 pancasila, mereka malah bilang itu hak mereka dan ada satu anggota dewan "gila" yang mengatakan dia sudah kaya sejak lahir #Sombong_banget_kau. Itukah pengamalan pancasila yang mereka amalkan setelah mereka pelajari?
Beralih ke konteks kekinian tentang dua masalah pelik anggaran, yang satu tentang dana pembangunan gedung baru kpk yang tak segera disetujui oleh anggota anggaran dpr dan tentang korupsi pengadaan "AL-QUR'AN" oleh kemenag. Menurut opini ku secara bebas sih kenapa masalah yang pertama gak segera disetujuin aja dananya, kan gak sebesar dana hambalang? Iya kan?
Pas ada ILC di tvone, aku setuju dengan pernyataan budayawan Sudjiwo Tedjo kalau dpr gak usah sok mengunggulkan aturan dalam penyetujuan anggaran gedung kpk, karena negara ini sudah kacau sistemnya jadi jangan sok karena ini ini anggaran gedung kpk gak disetujuin.
Yang masalah pertama belum kelar muncul masalah pengadaan Al-Qur'an, pengadaan oleh kemenag inipun di mark-up oleh orang-orang "pinter" yang ada di dpr.Dana yang seharusnya tetttt... di mark-up naik jadi tettt... #tettt...=gaktaujumlahpastinya. Sekarang yang ada dibenakku, untuk apa sih mereka itu sok menggunakan peraturan kalau ternyata peraturan yang mereka banggakan dan mereka dewakan juga dimark-up untuk udel bodong masing-masing dari mereka.
Akhir kata, memang itu Al-Qur'anmu bukan Al-Qur'anku jadi aku tak punya kepentingan disini, baik sebagai muslim maupun sebagai agen pembangunan bangsa ini. Tulisan kecil ini hanya untuk meluapkan apa yang ada diotak ku saja. Salam sejahtera.
0 Komentar untuk "Al-Qur'anmu, Kenapa Aku Ikut Campur"
Tinggalkan opini Anda, untuk turut dalam postingan ini [komentar dimoderasi dulu].