Hitungan Kita Berbeda

Oleh Ahmad Mu'azim Abidin

Rabu, 06 Februari 2013

Bagikan :

Tweet

Hey kamu yang termenung berada disana... Sedang apakah kamu?

"Kamu siapa?"

Ahh, jangan seperti itu kamu, apa kamu benar tidak ingat siapa aku ini? Aku yang tiga bulan lalu menemui kamu di tempatmu terbiasa bernaung. Di rumah kamu.

Aku yang waktu itu membawa oleh-oleh kesukaan kamu. Tidak kah kamu ingat? Atau mungkin saking banyaknya orang mendatangi kamu sehingga kamu melupakan aku?

Tiga bulan lalu aku mengendarai motor berwarna merah saat ke tempat kamu! Cobalah ingat tentang aku dan waktu itu, sedikit saja ingat kembali memori yang kamu punya.

"Tiga bulan yang lalu?"

Iya, waktu itu belum tahun 2013, masih tahun 2012. Bulan Nopember aku ke tempat kamu. Dan kamu menyambut dengan senyuman kamu yang tiada duanya, aku kira. Senyuman yang sejurus meluluhkan hati aku karena itu berasal dari kamu.

"Tiga bulan yang lalu aku tidak mengenalmu! Aku baru kali ini mengenalmu! Kamu siapa?"

Cobalah ingat lagi. Tiga bulan yang lalu kamu dan aku pernah bertemu. Memang, pertemuan itu hanya berlangsung sebentar. Namun aku berjanji untuk datang lagi ketempat kamu dilain waktu.

Beberapa hari kemudian aku menepati janjiku. Kamu dan aku kembali bertemu.

"Aku sama sekali tidak mengenalmu!"

Kamu mengenalku dan aku yakin itu. Coba lihat, pasti kenangan yang aku bawakan untukmu masih ada dan tersimpan.

"Sebentar, aku akan mencarinya. Semoga kamu benar dan aku bisa ingat kamu"

"Semoga saja". Bisikku seraya berdo'a dalam hati.

** Beberapa waktu kemudian **

"Inikah yang kamu maksud?"

Iya benar sekali, itu yang aku maksud. Oleh-oleh kesukaanmu bukan? Itu yang aku bawakan terkhusus untuk kamu. Semoga kamu suka, dan juga semoga kamu bisa mengingatku.

"Ini aku kembalikan, aku tidak suka, aku tidak butuh itu darimu"

Begitukah? Ternyata begitu mudah kamu berubah. Tiga bulan yang lalu kamu tersenyum ketika menerima kedatangan dan oleh-oleh dari aku ini. Lalu pada saat kali kedua bertemu, kamu berjanji akan merawat pemberian aku ini.

Tapi apa, sekarang kamu mengenyahkan aku. Bahkan, oleh-oleh yang aku harapkan kamu rawat harus berakhir menjadi seperti ini.

"Aku tidak mengenalmu sebelumnya, aku tidak tau oleh-olehmu itu, aku hanya mengenalmu barusan tadi"

"Sudahlah, kamu memang seperti ini. Biarlah saja, hitungan kita berbeda memang"

Aku takkan pernah lagi berharap pada kamu. Tetaplah kamu berlaku seperti itu kepada yang lain. Pasti suatu saat hukum alam akan berlaku bagi kamu.




* Untukmu yang bernama Aston Printer. Tak ada lagi keinginan untuk kembali ke tempatmu. Tak ingin lagi mereparasi printerku padamu.
** Ceritaku (ingin marah) karena diPHPin tukang printer dalam versi selow bin gaul.
*** Karena tadi siang printerku kembali tanpa kardus asli yang kemarin aku bawa, juga dalam kondisi mengenaskan tanpa tatakan kertas dibagian belakang yang sebelumnya ada dan kini jadi tidak ada.

Infokan teman :

Tweet

Tag : Everything, id., Kota Tuban, Rabu, Tuban Kota