Dongkol, pagi ini saya ada kelas yang harus diikuti, kelas mata kuliah matematika. Padahal biasanya, mata kuliah matematika mendapat jatah hari jum'at esok. Lebih dongkol lagi, karena harus berangkat kuliah dari Kedungjambe, yang berjarak 45 menit perjalanan naik motor. Agar tak telat, saya berangkat jam 6 pagi.
Semestinya, kalau tidak ada jadwal kuliah tambahan ini, bisa dipastikan saya bisa menikmati lebih banyak waktu bersama keluarga besar, terlebih bersama dengan si kembar Latifa - Zakia yang lagi unyu-unyunya. Tapi ya sudahlah, demi masa depan.
Sampai diruang kelas, bawaannya bukannya konsen ke pelajaran matematika (yang tadi membahas mengenai FPB dan FPE kombinasi-permutasi) tetapi malah memikirkan hal-hal diluar pelajaran. Ujung-ujungnya mata kuliah matematika yang diajarkan tadi pagi banyak yang tidak saya pahami. Nasib?
***
Sehabis berkuliah, saya berencana untuk ke masjid yang berada disamping kampus. Masjid itu dibangun dari Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (kalau tidak salah) dari zaman Pak Harto dulu. Biasanya kalau ke masjid itu, saya selalu jalan kaki, melewati jalan tembus dari kampus ke masjid. Tapi tadi berbeda.
Saya mencoba menuju masjid itu lewat pintu pagar depan (karena bawa motor), dan ternyata, pintu pagar masjid tertutup rapat!!!
Dongkol jadinya. Kenapa katanya masjid yang rumah Tuhan, rumah Allah, baitullah dalam bahasa 'ngislami' itu tertutup begitu rapatnya. Bagaimana jadinya jika ada jamaah yang ingin beribadah, ternyata pintu pagar masjid tertutup rapat begitu, tergembok begitu?
Masa sih, baitullah tidak dijaga oleh Allah? Sehingga manusia harus turun tangan dengan menggembok pintu pagar? Menghalangi manusia lainnya yang ingin beribadah?
Atau, jangan-jangan sudah separah itu kerusakan bangsa Indonesia ini, antara satu manusia dengan manusia lainnya sudah penuh dengan curiga? Bahkan dengan orang yang akan beribadah di masjid begitu curiganya, sehingga harus menutup rapat akses pintu masuk masjid?
Bukankah, kalau memang bangunan yang dinamakan masjid itu sudah sepenuhnya dipasrahkahn untuk kepentingan ummat sebagai Baitullah. Bukankah seharusnya diikhlaskan saja apa yang akan terjadi padanya? Mau itu kecurian atau yang lainnya, biarlah itu urusan individu yang bersangkutan dengan Allah langsung. Yang penting, sebagai manusia (ta'mir masjid) sudah berusaha untuk semaksimal mungkin menjaga masjid, tanpa harus menghalangi manusia lainnya yang ingin beribadah di masjid tersebut?
Hmmm... Sebenarnya unek-unek saya mengenai masjid yang tertutup rapat ini udah sejak lama ingin saya tuliskan. Tetapi baru kesampaian sekarang. Tuhan, kok rumahMu nggak dijaga sih. Yah, semoga kedepannya ada solusi yang terbaik bagi kepentingan semuanya saja. Amin.
1 Komentar untuk "Tuhan, kok rumahMu nggak dijaga sih"
hehehe..saya pernah sholat di masjid itu mas..samping kiri kampus unirow hehehehe
adem masjidnya semriwing enak buat tidur
Tinggalkan opini Anda, untuk turut dalam postingan ini [komentar dimoderasi dulu].